28.4 C
Indonesia
Minggu, Juni 30, 2024
spot_img

Antara Kecemasan dan Ketakutan

Oleh: Dibyo Sumantri Priambodo”

Tidak sedikit di antara kita, yang saat ini mengalami kecemasan dan ketakutan. Kini saatnya berceloteh tentang perbedaan antara “cemas” dan “takut”

Bagi orang awam penggunaan cemas dan takut sering salah kaprah, sehingga pemahamannya rancu. Padahal saat ada ancaman resesi ekonomi dan hiruk pikuk politik, justru banyak yang mengalami kecemasan dan ketakutan.

*********

Secara awam “cemas” (anxiety) adalah rasa khawatir terhadap sesuatu yang belum tentu terjadi. Misalnya baca berita tentang prakiraan gempa bumi, langsung lutut lemas, jantung berdebar-debar, dan keringat dingin bercucuran. Padahal berita tsb belum tentu benar.

Sedangkan “takut” (fear), sering timbul saat seseorang menghadapi situasi atau kondisi yang menyebabkan penderitaan. Misalnya tetangga sebelah rumah terbakar, atau dalam rumah ketemu ular python.

Sesungguhnya “cemas” dan “takut” adalah kondisi lumrah dalam kehidupan sehari-hari. Nah, yang jadi masalah adalah jika cemas dan takut itu berlebihan, pengidapnya merasa tidak nyaman, dan sering berulang tanpa objek atau sumber yang jelas.

************

Gangguan kecemasan atau ketakutan yang berlebihan, terkadang “irrasional”, terjadi saat tidak mampu mengendalikan rasa khawatir dalam pikirannya, sehingga muncul sensasi yang mengakibatkan “perkiraan” berlebihan adanya bahaya. Padahal realitasnya tidak ada.

Apabila rasa takut memiliki sumber penyebab yang jelas dan terukur, sebaliknya rasa cemas yang berlebihan tidak memiliki tolok ukur yang baku. Kecemasan yang berlebihan acapkali menjadikan orang “stress”, atau “depressi”.

Kecemasan yang berlebihan bisa mengakibatkan “psikosomatis”. Sehingga timbul penyakit lambung (maag), jantung berdebar, kepala pusing, gangguan alergi pada kulit dan susah tidur.

***********

Dalam situasi perekonomian yang sulit, harga melambung dan banyak perusahaan “colaps”, PHK, korupsi dan tindak kejahatan yang meningkat, maka kita patut waspada terhadap berbagai kemungkinan.

Last but not least, adalah menjaga keuangan keluarga untuk jangka panjang, memilih investasi yang tepat, tidak boros dan menjaga kesehatan baik fisik maupun psikologis.

Tingkat kecemasan akan bertali-temali dengan pengaruh hormonal, rasa penasaran, “stress pasca trauma,” perasaan tidak berdaya dan pengaruh lingkungan sosial yang tidak kondusif.

Oleh karena itu, selain “well prepared” terhadap realitas yang ada, penting untuk tetap menjaga kestabilan emosi, “positive thinking”, optimis dan tetap bersemangat.

Jika seseorang mulai timbul rasa khawatir, segera cari sumber penyebab kekhawatiran secara objektif rasional. Seseorang tidak perlu mengalami ketakutan atau kecemasan yang berlebihan. Yang utama adalah bagaimana menemukan solusinya.

*Seorang penulis, Mantan Direktur SDM dan Keuangan PT Krakatau Steel Grup

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

SOSMED MABUR.CO

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Latest Articles