23.4 C
Indonesia
Minggu, Mei 12, 2024
spot_img

Terbunuhnya John Lennon dan Sihir Sebuah Lirik

Oleh: Wahjudi Djaja*

Lirik lagu bukan sekedar untaian kata yang kemudian dikolaborasikan dengan irama. Bagi musisi yang memiliki kemampuan meramu pengalaman kontemplatif, lirik yang digubah menyimpan energi. Lagu sering menjadi teman dengan daya perubah yang dahsyat.

Tak ada yang mengira pada 8 Desember 1980, sosok multiperan ini harus terbunuh di tangan Mark Chapman, yang tak lain adalah penggemarnya. Bermula dari lirik lagu God–I don’t believe in Jesus, I just believe in me, Yoko and me–dendam membara di dada Mark. Empat buah peluru menerjang dada Lennon dan Presiden AS Ronald Reagan pun menyebutnya, tragedi besar.

Amerika berduka. Juga penjuru dunia. Lennon menjelama menjadi hero dan simbol yang menyerupai Marthin Luther King. Bahkan Uni Soviet–yang lama melarang pemutaran lagu The Beathles–tak luput dari upacara penghormatan kepada penyanyi legendaris itu. Seorang penyanyi yang termasyhur karena membawa idealisme dan sikap pemihakan yang jelas. Ia, bahkan, masih hidup sampai sekarang dan menemani perjalanan kemanusiaan.

Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion, too
Imagine all the people
Livin’ life in peace

Lirik Imagine, dibuat tahun 1971, lahir dari hubungan unik–bila tak boleh disebut konflik batin–antara Lennon dan Ono. Bukan saling menegasikan, keduanya justru saling mengisi dan menginspirasi untuk membahasakan rasa. Mereka menginginkan sesuatu yang ideal karena ada beragam masalah di depan mata. Bayangkan. Frasa ini adalah kalimat kerja, aktif dan cenderung transendental.

Dalam sejarah pemikiran Jawa orang yang gelisah, menderita atau menghadapi cobaan, akan lari ke sesuatu yang ideal. Entah pemimpin atau Ratu Adil maupun zaman gemilang. Imaji tentang pemimpin yang ideal bisa dilihat dalam Serat Wedhatama: Nulada laku utama, tumrape wong Tanah Jawi. Wong Agung ing Ngeksiganda Panembahan Senopati. Kepati amarsudi sudane hawa lan nepsu. Pinesu tapa brata tanapi ing siyang ratri. Amamangun karyenak tyasing sasama.

Impian tentang masa depan Jawa juga termuat dalam Jangka Jayabaya: Mbesuk yen wis ana kreta tanpa jaran, tanah Jawa kalungan wesi. Melalui lirik lagu atau sanepan, sesuatu yang ideal di masa depan sering disuratkan. Lebih dari sekedar lagu atau ungkapan, apa yang ditulis para pujangga itu memiliki daya pancar lintas zaman, daya dobrak yang kuat, dan bara yang siap membangkitkan daya juang.

Jauh sebelum merdeka pada 1945, di kalangan rakyat telah akrab dengan lagu Bang Bang Wetan. Semesta simbolik yang membahasakan munculnya cahaya atau sinar kebaruan yang akan mengganti gulita dan keterbelakangan. Dalam lembar sejarah bangsa, kita banyak memiliki musisi pejuang yang mampu menggubah lagu yang hingga kini menjadi lagu nasional. WR Supratman, selain menggubah lagu Indonesia Raya pada 1928 juga membuat lagu Di Timur Matahari pada 1943.

Di Timur matahari
Mulai Bercahaya
Bangun dan berdiri
Kawan semua
Marilah mengatur barisan kita
Pemuda Indonesia

Matahari sering dianalogikan dengan Jepang yang bendera kebangsaannya Matahari Terbit. Tetapi lagu singkat itu jelas mengajak pemuda sebagai elemen bangsa untuk konsolidasi, merapatkan barisan dan berjuang. Menyanyikan lagu itu akan membuat bulu kuduk berdiri manakala yang ada di depan kita adalah keterbelakangan, kemiskinan dan penderitaan. Dan menyanyikan lagu itu, berarti mendeklarasikan diri untuk menjadi pejuang.

Dalam gegap gempita kontestasi pemilu 2024, ada beragam lagu dinyanyikan tiap pasang. Kehadiran mereka menginspirasi para pendukung setianya untuk mencipta lagu. Tak terhitung berapa jumlah lagu yang sudah dibuat oleh masing-masing pendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden. Tentu, orientasinya selain memenangkan calonnya juga menguatkan ikatan emosional sesama kader. Ada proses penyadaran di sana. Menginisiasi lagu tentu lebih beradab dibandingkan sekedar konvoi jalanan dan goyang badan di panggung. Ada adu konsep dan pemikiran dalam menyusun lagu.

Itulah kekuatan (lirik) lagu. Tak hanya memberi rasa senang, bahagia atau–malah sebaliknya–sedih dan murung, lagu memiliki energi spiritual yang kadang sulit dinalar. Coba dicek–tanpa dimaksudkan mendahului kuasa Tuhan–mengapa para penyanyi atau musisi yang lagunya sering membahasakan kesedihan, pergi dengan misteri kesedihan? Wallahualam.

RIP, John…

Ksatrian Sendaren, 8 Desember 2023
*Peraih Anugerah Kebudayaan Sleman 2023

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

SOSMED MABUR.CO

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Latest Articles