21.4 C
Indonesia
Sabtu, Juni 22, 2024
spot_img

Candi Kalasan dan Moonstone

Oleh: Ancah Yosi Cahyono*

Moontone yang secara harafiah memiliki arti batu bulan. Sebab hal itulah mungkin banyak kalangan umum mencampuradukkan moonstone dengan vajralepa yang bisa bersinar ketika bulan purnama.

Penamaan moonstone diberikan oleh orang-orang Eropa untuk menerjemahkan kata Sanda-Kada-Pahana (bhs: Sinhala) yang berarti Bulan-Lempeng-Batu atau secara terjemahan bebas berarti lempeng batu bulan. Hal itu dikarenakan bentuknya yang bulat menyerupai bulan (lingkaran secara simbolik di terjemahkan sebagai bulan). Sedangkan dalam teks sendiri ia disebut sebagai “pāṭika” (Mahavamsa 31).

Moonstone ditemukan di banyak tempat di berbagai bangunan suci Buddhis kuna di Sri Lanka. Mereka ditempatkan di depan stupa, pohon Bodhi, serta yang paling umum tepat di depan tangga naik sebelum masuk kuil.

Di India ataupun Sri Lanka mereka di ukir dengan berbagai macam ornamen melingkar mengikuti keliling lingkaran. Di mulai dari paling luar adalah sapi-gajah-kuda-singa, suluran, angsa, dan di pusat adalah teratai. Ornamen untuk hewan kadang di ukir lengkap (empat jenis) kadang hanya diwakili 3 atau 2 hewan.

Tentu saja saja penempatan serta pemilihan ornamen yang terstruktur tersebut makna dan maksud tersendiri. Kita mulai dari penamaan dalam kata “pāṭika“, menurut Paranavitana (1954) “pāṭika” berasal dari akar kata “paṭ” yang berarti menusuk atau membagi. Hal ini berhubungan dengan representasi batu yang hanya setengah yang terlihat, sedangkan setengahnya lagi dianggap berada di bawah bangunan. Penempatan tersebut memiliki maksud bila di situlah awal pembagian dunia manusia (tanah) dan alam yang lebih tinggi (kuil yang akan dimasuki).

Makna Ukiran

Lembu-Gajah-Kuda-Singa

Lembu (Gottha) sebagai representasi untuk keluarga Buddha Sakyamuni (Siddhatta Gotama)

Gajah: Mimpi ratu Maya ketika akan mengandung janin Buddha.

Kuda : Pelepasan Agung, diwakili oleh penggambaran Kathaka kuda tunggangan Pangeran Siddhatta ketika di istana.

Singa: Khotbah pertama Buddha setelah mencapai Kebangunan yang sering diibaratkan seperti auman singa.

Khusus untuk relief hewan ini kadang memiliki makna dan arti berbeda, ada yang menyampaikan sebagai siklus penderitaan yang berulang: Lahir, Sakit, Usia Tua dan Mati. Tergantung representasi pembuat atau Umat. Maka dari itu tidak selalu 4 jenis, kadang hanya 3 atau 2 yang dimaknakan usia tua, sakit dan mati atau kelahiran-kematian.

Suluran ranting: menggambarkan keinginan dalam bathin manusia, dimana jika dibiarkan suluran ini akan tumbuh liar dan menjerat bathin manusia sehingga menghambat untuk mencapai penerangan sempurna.

Angsa: Angsa dalam proses bertahan hidup merupakan hewan yang dapat memisahkan air kotor dan makanan. Diibaratkan sebagai pribadi yang harus bisa seperti angsa memisahkan hal yang baik dan buruk sebelum dimasukkan ke dalam tubuh. Ada pula yang mengartikan angsa putih sebagai lambang Anagami, atau tahapan sebelum mencapai Arahat.

Yang terakhir terdapat teratai: Teratai hidup, bertunas dan tumbuh di air arau lumpur, namun setelah mekar ia terlepas dari ombang-ambing ketidakpastian gelombang air dan kotoran lumpur. Di sini merupakan lambang dari kebebasan dari lautan samsara atau yang terbebas dari kekotoran bathin.

Kadang Moonstone pada bagian paling luar ditambah ornamen lidah Api yang melingkar yang mengingatkan mengenai Lobha, Dosa, Moha atau Keserakahan, Kebencian, Kebodohan bathin yang selalu membakar dan membelenggu manusia sehingga menghalangi untuk mencapai pandangan sempurna.

Maka dari pola-pola terstruktur tersebut Moonston merupakan pengingat bagi umat mengenai berbagai hal proses di atas sebelum memasuki kuil. Sebab “dunia” yang ia masuki tingkatan dan niatannya harus lebih dikendalikan untuk mendapatkan apa yang dicita-citakan dalam kuil nantinya.

Moonstone Kalasan pertama kali ditampakkan oleh van Rommond dalam pemugaran Kalasan 1929. Pemberian nama Moonstone ini dikarenakan posisinya yang sama persis dengan bangunan-bangunan di Abhayagirivihara Sri Lanka yaitu di depan tangga. Akan tetapi dari bentuk serta ornamennya Moonstone Kalasan memiliki perbedaan.

Moonstone Kalasan tidak berbentuk bulat atau setengah lingkaran, namun berbentuk persegi panjang dan memiliki pola sulur gelung pada setiap sisi. Peruntukannya sampai sekarang belum ada yang pernah meneliti secara akademis, apakah moonstone ini memiliki fungsi yang sama seperti yang ada di Sri Lanka atau beberapa bangunan suci India.

Terlebih Moonstone Kalasan adalah satu-satunya artefak sejenis yang ditemukan di Indonesia. Hal itu tentunya menambah kesulitan sebagai unsur pembanding. Mengenai bentuk, alasan jika Jawa memiliki gaya seni tersendiri tidak dapat dibantah, namun bentuknya yang sederhana juga harus mendapatkan penjelasan.

Yang jelas, moonstone Kalasan tidak bisa bersinar ketika Purnama. Hal ini dikarenakan ia tidak dilapisi vajralepa yang memberikan efek tersebut semenjak pertama kali diketemukan. Minim ornamen yang relatif sederhana juga bisa diimpretasikan lain jika mungkin batu ini belum terpahat sempurna. Namun kemungkinan tetaplah kemungkinan, dugaan tidak lebih dari dugaan, fakta-fakta tersebut laiknya sebagai tamparan bagi kita untuk menyadarkan jika masih banyak yang belum kita pahami dari warisan masa lampau.

Tambak Boyo, 120623

*Praktisi Percandian, Anggota Komunitas Kandang Kebo

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

SOSMED MABUR.CO

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Latest Articles