Lelaki Tua Pemimpi
(Sajak Afnan Malay)
laki-laki tua paling dipuja, mengaku dilahirkan dari perut
ibu mimpi yang hidup sengsara di pinggiran kali surut
mengalir air, hulunya berujung dimana semua terpana
geleng kepala. ibuku adalah mimpi, kalian tidak perlu cari
di mana. terang tersimpan laci kepalaku, terkunci mati
kalian tahu kemana-mana aku tidak membawa kepala:
untuk apa?
penuntun langkah-langkahku tongkat kayu
dari pohon hutan lebat, aku leluasa main kayu
di hutan tidak berdebat, bercakap pun tersendat
ibuku adalah mimpi, lelaki paling dipuja membuka diri
kali kedua. aku mengerjakan mimpi-mimpi dalam laci
kepala yang terkunci. untuk mimpi-mimpi panjang
orang harus tidur telentang tengadah ke langit
dan pantang terjaga, lelap, tepis suara berderit
dalam mimpi kau menggaris tegas, tanpa koreksi:
untuk apa?
aku lahir dari perut ibu mimpi
isi laci kepalaku terkunci mati
kata siapa, aku bisa terjaga
Jogja, Juni 2024
Menunggu Jumawa
(Sajak Afnan Malay)
semua sudah takluk,
hutan tidak lagi rimbun
berubah halaman
pekarangan biasa
rumah keluarga
ditanami pohon kemboja
kembang-kembang biasa
atau paling setinggi satu hasta
anggrek menempel, menggantung
terhuyung
suara riuh fauna hutan
senyap terlelap lena dekapan
penakluk rerimbunan
kicau burung
terkurung
hutan tumbuh
bak halaman keluarga
disirami tiap hari
bila diburu layu, mati
diganti sesuka hati
yang tidak takluk, menunggu
jumawa penumpuk segala kelu
tersungkur, menyerah kepada waktu
Juni 2024
Main Tarik Tambang
(Sajak Afnan Malay)
di lapangan terbuka tarik tambang
dihela ramai-ramai beradu sesat beradu siasat
pegang tambang erat-erat, tarik nyali kuat-kuat
yang menang terpingkal dituntun tawa lepas
yang kalah terjungkal beruntun hawa nahas
penonton berbagi hembus nafas hampa
penonton berbagi dengus papas paria
penonton berbagi hangus cemas dihela
tarik tambang di lapangan terbuka
suara teriakan lantang menghujat-hujat
terhenyak ditarik tali-tali tambang menjerat
para pemanjat surga dihela pelan-pelan
dituntun alpa berduyun main tarik tambang
muka-muka mereka berganti-ganti rupa
.
adakah doa tersisa
menarik tali-talinya
tambang petaka
Jogja, Mei 2024
Makan Malam
(Sajak Afnan Malay)
selalu, puncak acara
diakhiri makan malam
tamu-tamu bagai malaikat
pengusir kelam
tanah air dihidangkan
disantap ramai-ramai
semakin tandas dimakan
tuan rumah tawa berderai
silakan, babat lah
hutan-hutan kami
silakan, keruk lah
tambang-tambang kami
silakan, tangkap lah
ikan-ikan kami
silakan, keringkan lah
air-air gunung kami
di saku baju tuan rumah
tersedia kata-kata jengah
silakan, datanglah, bawalah
orangnya baik suka mengalah
ia tidak pandai menimba
air kata-kata. sumurnya
dangkal. tidak cukup penuh
sejengkal: mukanya dibasuh
ketika tamunya usai makan malam
bilik rumah-rumah menunda kelam
mata-mata menyipit, sulit terpejam
Jogja, Mei 2024
Sekolah Kami Dibakar
(Sajak Afnan Malay)
sekolah anak-anak kami
kenapa kalian bakar
pak menteri?
sekolah kian menjulang tinggi
tangga berjenjang anak-anak kami
sampai di ujung tumpuan, tinggal menjejak
setapak lagi. terdepak kaki-kaki mereka
kau hardik, sekolah tidak menjamin apa-apa
sekolah anak-anak kami
kenapa kalian bakar
pak menteri?
apinya kini membumbung tinggi
anak-anak kami dijauhkan panas kobarnya
menyala, membakar dada. anak-anak tangga
patah kau gergaji. terjungkal tubuh mereka
lalu kau hardik. makin tinggi kayu-kayu getas
sekolah anak-anak kami
kenapa kalian bakar
pak menteri?
di istana presiden mendidik orang tua kami
mengantri. tadahkan tangan demi sekerat roti
benarkah kita bangsa pengerat? roti-roti kalian
tentu berlipat-lipat. anak-anak kami dihardik memanjat harga diri mereka
sekolah anak-anak kami
kenapa kalian bakar
pak menteri?
kalian menghardik
hina anak-anak kami
sekolahnya terbakar:
kita harus menjadi bangsa besar
kalau tidak, kaya raya kita dirampas tuntas
orang-orang lalu-lalang. tapi, jika sekolahmu
tidak dibakar. tentu kalian yang akan menguras harta-harta kami, hangus
Jakarta, 2024
Melayat Wartawan
(Sajak Afnan Malay)
ia tenteng sekoper peristiwa
yang tidak pernah ditulis kembali
orang-orang tergesa melayat sepi
antar keriangan kata menyayat diksi
terbujur layu, masuk ke dalam peti
dibawanya pena bertinta hitam
yang muncrat berbekas tajam
di kerut kening para penguasa
berita-berita masih mengantar kata
mengetuk rumahmu. layaknya tamu
tidak meninggalkan jejak bisa terbaca
hanya bungkusan kue-kue
dikemas indah
lalu dikunyah
Jakarta, Mei 2024
ikut duka cita
atas kepergian
jurnalis senior, Salim Said
Afnan Malay. Aktivis, Pencetus Sumpah Mahasiswa, Alumni FH UGM, Seorang Penyair dengan puisi-puisi bertema sosial. Antologi terakhirnya, Tukang Cukur Tuan Presiden