20.4 C
Indonesia
Minggu, Juni 16, 2024
spot_img

Prangko Buk Renteng, Kado Istimewa HUT ke-108 Tahun Sleman

Apresiasi atas peluncuran prangko penanda kota seri Buk Renteng mendapat aprsiasi dari jajaran Kementerian Komunikasi dan Informatika dan pemerintah Kabupaten Sleman, tetapi juga oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Dalam sambutan yang dibacakan Paniradya Pati Aris Eko Nugroho, saat Peluncuran Prangko Penanda Kota Seri Buk Renteng di Pendopo Parasamya Kabupaten Sleman, Kamis (16/5/2024) malam, Ngarsa Dalem menyampaikan, bertepatan dengan Hari Jadi ke-108 Kabupaten Sleman, cagar budaya Buk Renteng dapat di-rebranding sebagai salah satu icon pariwisata. “Peluncuran ini kami harapkan bisa menjadi sarana edukasi bagi filatelis khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai warisan bangsa kekayaan kita. Diharapkan masyarakat menjadi tahu efisienai sebuah infrastruktur penting yang terlepas dari dinamika zaman. Tetap mampu menjalankan fungsinya dan tetap mampu memberi manfaat luas “.

Sebelumnya, Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyampaikan bahwa peluncuran prangko penanda kota seri Buk Renteng sebagai perspektif baru dokumentasi terkait pengembangan sejarah dan pariwisata. “Kami berharap ini bisa menjadi media promosi agar Sleman lebih dikenal secara luas oleh masyarakat”, tandasnya.

Sedangkan Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria, mengenang bahwa Buk Renteng tidak asing bagi dirinya. “Saat kuliah kos saya di Janti, sering main ke kawasan Buk Renteng ini. Dengan peluncuran prangko ini, semoga bisa menjadi icon penanda kota karena saluran irigasi yang sudah berusia ratusan tahun itu memiliki nilai historis, edukatif, sekaligus informatif. Semoga mendukung peran Sleman sebagai lumbung pangan Yogyakarta”, kata alumni Jurusan Filsafat UGM ini.

Pelaksanaan Vestival van der Wijck pertama 2022 (Foto: Budiawan)

Sekedar catatan, keberadaan Buk Renteng atau selokan Van der Wijck diangkat keberadaannya oleh Badan Promosi Pariwisata Sleman (BPPS). Menurut salah satu inisiator dan pendamping festival, Wahjudi Djaja dari BPPS, peninggalan kolonial Belanda yang masih aktif menjalankan fungsinya itu perlu dijadikan daya ungkit pariwisata Sleman bagian barat. Rencana semula–jelasnya–mau mengangkat Festival Selokan Mataram mengingat proyek jalan tol sudah di depan mata dimana sebagian sisinya terkena proyek.

“Kami bersama Dinas Pariwisata Sleman kemudian menggelar Festival Van der Wijck pada 2022 yang dilanjutkan 2023. Sesuai arahan Bupati, kita diminta mengangkat potensi sejarah dan pertanian di Sleman bagian barat. Wilayah ini sekarang menjadi sisi depan Sleman mengingat bandara pindah ke Kulon Progo. Harapan kita, pemerintah serius dan konsisten dalam memberdayakan kawasan Sleman bagian barat sejak Tempel, Minggir, Moyudan yang kaya dengan potensi dan narasi sejarah”, kata Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama) ini.

Selokan Van Der Wijck atau yang akrab disebut masyarakat dengan Buk Renteng ditetapkan Bupati Sleman menjadi salah satu bangunan cagar melalui Keputusan Nomor 72.4/Kep.KDH/A/2022. Kanal dengan pendekatan teknologi gravitasi bumi yang melintang di atas jalan ini terletak di wilayah Dukuh Tangisan, Kalurahan Banyurejo, Kapanewon Tempel. Dibangun pada masa kekuasaan Sri Sultan Hamengku Buwono VII (1877 – 1921) tetapi jejaknya sudah ada jauh sebelumnya. HB VII sering dikenal sebagai Sultan Sugih karena pada masa pemerintahannya dibangun 17 pabrik gula yang membuka pintu penerimaan uang ke kas kesultanan.

Prangko yang pernah diterbitkan dan bertemakan Kabupaten Sleman antara lain Colombo Plan pada 1959, Ambarrukmo Palace Hotel pada 1965, Museum Monumen Jogja Kembali pada 1991, Lukisan Affandi pada 1996, Universitas Gajah Mada pada 1999, dan Ratu Boko pada 2013.

Selain peluncuran prangko penanda kota seri Buk Renteng, pemerintah Kabupaten Sleman juga meluncurkan buku Pesona Wisata Bumi Sembada. Hadir selain Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria, juga Direktur Utama PT. Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi, Ketua Umum Perkumpulan Filatelis Indonesia Fadli Zon, Ketua Dewan Kebudayaan Sleman Prof Suwarna dan jajaran pimpinan OPD Kabupaten Sleman.
(*)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

SOSMED MABUR.CO

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Latest Articles