29.4 C
Indonesia
Minggu, Mei 12, 2024
spot_img

Kampanye, Sampanye dan Janji yang Terlupa

Oleh: Wahjudi Djaja

Hari-hari yang ditunggu itu akhirnya datang juga. Momen dimana kata berhamburan memenuhi cakrawala lalu disambar beribu bahkan berjuta manusia dijadikan apa saja. Kata-kata bergema di dunia nyata meluas jadi euforia di dunia maya.

Hari dimana panggung bisa dimana saja dan kapan saja. Asal ada ruang, masuki dan bidik. Asal ada orang, senyum mengembang. Apalagi ada beribu yang pegang kamera, posisi dan citra diri pun diatur sedemikian rupa. Kata diolah jadi isu, isu dipermaks jadi gorengan, gorengan dimakan kapan saja. Benar-benar hiburan yang langka.

Kampanye. Bukan lagi soal visi yang diuji, kemampuan yang diperdebatkan, atau gagasan yang dipertandingkan. Memang ada sih, satu dua acara bertajuk debat atau adu gagasan. Tapi yakin itu bisa mempengaruhi suara hati untuk menentukan pilihan?

Bisa dicek, dari 200-an juta pemilih pada Pemilu 2024 berapa persen yang mau menggunakan media yang dia punyai–segala jenis gawainya–untuk mengulik dan menelisik visi, kinerja, rekam jejak dan kapasitas tiap calon. Tidak saja capres dan cawapres tetapi juga para calon wakil mereka di DPR dan DPRD. Kecil kemungkinan itu dilakukan.

Kita lebih suka mengakrabi tampilan sesaat, bahasa tubuh, pencitraan dan persepsi yang dibangun oleh timnya. Anak-anak milenial–yang akrab disebut Gen Z–pun punya cara untuk menentukan pilihannya. Semua sesuai konteks sosiologis yang melingkupinya. Dan di alam demokrasi itu sah-sah saja.

Menjadi persoalan jika kompleksitas permasalahan yang dihadapi bangsa tak juga mereka pahami. Kerusakan tata pemerintahan, praktik KKN yang kian menggurita, utang yang kian menumpuk, menyempitnya lapangan pekerjaan, sulitnya mencari perkerjaan, mahalnya biaya pendidikan dan biaya hidup, serta porak porandanya alam. Ketika itu semua tak terkomunikasikan dengan baik ke masyarakat dan masyarakat dicekoki dengan adegan drakor, yakin bangsa ini akan bisa bangkit kembali?

Kampanye memang beda dari sampanye. Meski perbedaannya hanya satu huruf tetapi keduanya disamakan oleh momentum. Kampanye dilakukan pada momen suksesi atau pergantian kekuasaan, sampanye–anggur putih bergelembung dari Champagne Prancis–dinikmati saat-saat istimewa. Cuma, jujur tidak berharap ada calon pemimpin yang berhura-hura dengan sampanye saat dia memenangkan kontestasi.

Bangsa ini sudah mengalami degradasi yang luar biasa. Zaman sedemikian maju tetapi kita dapat elite yang kerdil, licik dan picik. Janji ditebar dengan menggelegar tetapi diam membisu saat berjuta anak bangsa menggelepar. Janji memang–kadang kala–hanya untaian kata yang dianggap mudah dilupa. Tetapi satu hal dilupakan, ketika janji diucapkan itu semesta menyaksikan, merekam dan menyiapkan mekanisme untuk memberikan balasan. Baik dibalas baik, buruk pun dibalas buruk. Hukum alam–mau tak mau–adalah pilar kelima demokrasi.

Ksatrian Sendaren, 30 November 2023

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

SOSMED MABUR.CO

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Latest Articles