26.1 C
Indonesia
Sabtu, Mei 11, 2024
spot_img

Sekitar Kekunaan Masjid Menara Kudus

Oleh: Transpiosa Riomandha*

Lawang Kembar: Kori Paduraksa Masjid Kudus

Masjid Menara Kudus memiliki Kori atau Gapura Paduraksa yang berkelindan dengan “bangunan baru” masjid. Terdapat dua kori, satu di serambi luar, dan satu yang ada di bagian dalam, mendekati mihrab. Dua kori yang ada di dalam disebut sebagai Lawang Kembar. Ada pula kisah mitologi yang mengatakan bahwa Kori ini dibawa oleh Sunan Kudus dari Majapahit dalam sakunya! (Digawa dilebokne sak kiwa tengen).

Arsitektural Kori adalah perpaduan bata merah, batu putih, kayu istimewa dan (sepertinya) piring keramik (?). Prasasti yang ada di bagian atas Mihrab menuliskan angka tahun masjid ini 956 H atau 1549 Masehi. Masjid Menara Kudus ini juga diberi nama Masjid Al Aqsha, karena menggunakan batu pertama yang diambil dari Palestina. Masjid ini pernah beberapa kali mengalami perubahan, dikisahkan pada sekitar 1918, bangunan masjid diperluas.

Arsitektural Masjid Menara Kudus ini juga mengadaptasi gaya arsitektur bangunan candi, seni bangunan peribadatan (Hindu-Buddha) yang saat itu masih tumbuh dengan baik. Beberapa ukiran geometris pada bata, ukiran sulur vegetasi pada batu putih, serta ukiran pada bagian atas pintu kayunya, mirip dengan apa yang sering kita lihat menghiasi tubuh-tubuh Candi. Saya jadi teringat beberapa masjid di Tuban juga memiliki bangunan lama dari bata dan batu putih, di dalam masjid.

Padasan Kompleks Menara Masjid Kudus

Dalam kebudayaan manapun, mungkin air menjadi hal yang sangat penting dalam peribadatan. Sebelum sholat, kita harus berwudlu, bahkan sebelum memasuki tempat yang dianggap suci/bersih kita dituntut untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Sendang – Petirtaan menjadi tempat pembersihan diri sebelum melakukan ibadat ke candi-candi. Pada beberapa upacara, orang-orang mengambil air dari berbagai sumber dan mata air sebagai simbol kesucian dan pembersihan diri.

Pada kompleks Masjid Menara Kudus, saya sempat melihat dua lokasi “Padasan” tempat membersihkan Hadast, sebelum memasuki masjid serta sebelum memasuki makam. “Padasan” wudlu sebelum masuk masjid terbuat dari bata merah yang berhias ornamen gentong atau bejana. Konon, di atasnya dahulu pernah diletakkan semacam arca. Pancuran tempat keluarnya air, kini diberi kran. Sementara itu “Padasan” di sebelah pintu masuk makam, berupa kolam bertinggi setengah badan ada ciduk-ciduknya. Penampakan dari atas, terlihat seperti ada dua mulut bejana yang tenggelam di dalamnya.

Dua Padasan ini dikisahkan adalah dua jejak komponen bangunan kuno masjid Kudus yang telah hadir sejak 956 H atau 1549 Masehi. Sekilas secara keseluruhan, arsitekturalnya mengingatkan pada bangunan peribadatan masa pra Islam: Candi. Pada masa Masjid ini dibangun, kebudayaan pra Islam masih sangat berpengaruh. Nah, ada juga informasi yang mengatakan bahwa pada tempat wudlu sebelah masjid yang terdiri atas delapan kran itu adalah adaptasi Asta Sanghika Marga, ajaran delapan jalan kebenaran Buddhis.

Al Aqsha Kudus: Satu Mihrab Dua Mimbar

Cukup berbeda dengan masjid pada umumnya, masjid Al Aqsha Kudus ini memiliki satu Mihrab (tempat imam) dan dua Mimbar (tempat khatib). Namun, sepertinya, Mimbar sebelah Utara adalah mimbar yang digunakan oleh Khatib berkhutbah saat shalat Jum’at. Dua “bendera” tampak menghiasi bagian Mimbar sebelah Utara ini. Sementara itu, Mimbar sebelah selatan tidak terlihat banyak alat yang menunjukkan ia sering digunakan.

Pada tembok di atas Mihrab terdapat prasasti yang secara kasat mata tidak terlihat kejelasan guratannya. Namun dari informasi pembacaan yang pernah dilakukan, salah satunya bertuliskan angka tahun kapan masjid ini mulai dibangun, yakni 956 Hijriah atau 1549 Masehi, abad ke-16. Saya belum banyak membaca catatan sejarah dari Masjid ini, namun dugaan saya bangunan awal masjid Kudus ini didominasi oleh bata dan batu putih, seperti Menara atau Lawang Kembar-nya. Masjid tidak seluas sekarang. Tegel pada bagian dalam masjid, sepertinya ditambahkan pada masa-masa berikutnya, juga tembok semen yang menutup atau menggantikan tembok bata ekspose.

Kayu-kayu yang dijadikan saka guru, pintu, jendela termasuk yang ada di Lawang Kembar terlihat istimewa. Saya kurang memperhatikan dengan seksama, namun saat kita memandang langit-langit bagian Soko utama, tautan penghubung antar kayunya tampak saling mengunci erat. Mungkin menggunakan panthok kayu juga.

Minaret Al Quds

Arsitektural Masjid Menara Kudus yang aduhai buat saya adalah menaranya. Konstruksi ekspose bata merah yang ditimpali keramik dan kayu begitu menggugah hati. Pada beberapa bagian, kita dapat menemukan beberapa kemiripan Menara ini dengan bangunan pra Islam: Candi. Bahkan terlihat miniatur Candi menjadi penghias menara pada sisi selatan dan utaranya.

Pada suatu malam lebih dari sepuluh tahun yang lalu, saya dan beberapa teman-teman Bol Brutu mendapatkan anugerah dapat masuk dan naik ke Menara Kudus. Tangga kayunya artistik, demikian pula dengan batu bata ekspose pada bagian dalamnya. Masjid Menara Kudus memang pernah melalui beberapa kali pemugaran. Ancah Yosi pernah menulis terkait sejarah pemugaran masjid ini.

Hari Jum’at atau pada saat tertentu Bedug dan Kenthongan yang ada di dalam Menara Masjid Kudus akan dibunyikan.

*Antropolog Alumni FIB UGM, Eksponen Antrojalan

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

SOSMED MABUR.CO

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Latest Articles