22.4 C
Indonesia
Minggu, Mei 12, 2024
spot_img

Hari Bumi 2024: Hamamayu Hayuning Bawono

Oleh: Wahjudi Djaja*

Menjelang peringatan Hari Bumi 2024 dunia dikagetkan dengan beragam bencana. Banjir dahsyat melanda China hingga mengancam 127 juta warganya di berbagai kota. Tak lama kemudian banjir besar juga melanda Dubai. Kota megah di Emirat Arab ini seolah lumpuh setelah puting beliung dan banjir menghantam kawasan impian di jazirah Arab ini.

Fenomena alam yang melanda dua kota itu hanyalah contoh betapa perubahan iklim tak bisa lagi diabaikan. Orang tak bisa lagi peduli mengapa suhu bumi memanas dan musim tak lagi sesuai jangkanya. Kesibukan–jika bukan kerakusan–manusia yang selalu merasa kekurangan waktu untuk memikirkan materi dan dunia menjadikan perhatian mereka tak lagi fokus pada terganggunya keseimbangan alam.

Perubahan dan kemajuan zaman memang tak bisa dihindarkan. Populasi manusia yang nyaris tak terkendali memangsa lahan-lahan subur termasuk hutan yang berfungsi menopang kehidupan manusia akan oksigen. Ironisnya, dalam konteks Indonesia, ambisi untuk mengeksploitasi sumber daya alam hanya dimiliki segelintir manusia. Tak terbayang bagaimana kita mempertahankan diri dari serangan bangsa-bangsa di dunia jika hutan di Kalimantan berubah menjadi lahan sawit dan sebuah ibukota.

Kadang kita malu dengan saudara-saudara yang tinggal di hutan dalam kesederhanaan pola dan laku hidup. Mereka mempunyai mekanisme budaya dan beragam upacara untuk menjaga hutan tempat mereka berlindung. Tidak saja menjadi tradisi turun-menurun, kearifan mereka dalam menjaga keseimbangan alam menjadi pengetahuan yang telah lama dipelajari para ilmuwan dunia.

Kesadaran untuk menjaga, merawat dan memelihara bumi juga ada pada masyarakat Jawa. Di Yogyakarta telah lama dikenal ajaran hamamayu hayuning bawono. Maknanya kurang lebih mencintai, merawat, melestarikan keindahan alam. Ajaran itu menjadi nilai keutamaan yang menjadi laku hidup para leluhur. Namun, sebelum sampai dan menghayati ajaran itu, ada dua tahap atau laku yang harus dikerjakan. Keduanya adalah hamamayu hayuning diri (merawat dan mengembangkan potensi diri) dan hamamayu hayuning budaya (mengelola kearifan budaya).

Tiga prinsip itu jika dipatuhi dan diamalkan akan menjadi modal dasar dalam merawat dan memelihara bumi. Apalagi PBB sejak 2015 telah mencanangkan Sustainable Development Goals (SDGs) yang memuat 17 prinsip aksi global. Beragam kesepakatan dan protokol juga sudah ditanda tangani para pemimpin dunia. Namun, mengapa seolah tak kuasa menghadang ambisi dan kerakusan kapitalisme yang mengobrak-abrik lingkungan?

Bukannya tak ada elemen masyarakat yang tak peduli dengan kelestarian bumi. Beragam LSM dan komunitas tak henti bersuara dan melakukan advokasi terhadap setiap upaya perusakan alam. Di Yogyakarta ada Lembaga Kebudayaan Jawa (LKJ) Sekar Pangawikan yang tiada henti menyinggahi sudut-sudut desa untuk memetri (mencintai, merawat, menjaga, melestarikan, mengembangkan) hutan, sumbe mata air (tuk, sendang, kali) melalui prosesi budaya seperti pada foto di atas. Namun, bukankah derap “pembangunan” berjalan teramat kencang dan tak mudah untuk dibendung?

Tema Hari Bumi 22 April 2024 adalah Planet vs Plastik. Cukup mencengangkan bagaimana budaya plastik nyaris sempurna menggantikan beragam piranti masyarakat dalam urusan menu makanan. Bahkan masyarakat desa semakin asing dengan budaya pincuk, takir, sudi, getepe, anjang anjang, atau serbet. Sampai tempe pun tak lagi dibuat dengan daun pisang atau jati. Semua diganti plastik dan tisu. Andai mereka mengadari betapa bahaya dampak yang ditimbulkan dari piroplastik. Andai mereka tak terjebak pada budaya instan dan ekstrak.

Semua kembali pada kita. Di bumi yang sama, bagaimana bisa hidup bersama jika etika dan moralitas ditanggalkan? Apakah kita akan mematuhi hukum rimba, siapa yang kuat dia yang dapat? Ah, betapa agung memiliki leluhur yang mampu mengembangkan peradaban karena bisa bersenyawa dengan semesta.

Ksatrian Sendaren, 24 April 2024
*Budayawan Sleman, Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama), Pokja Ketahanan Ekonomi Badan Kesbangpol DIY

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!

SOSMED MABUR.CO

0FansSuka
0PengikutMengikuti
0PengikutMengikuti
- Advertisement -spot_img

Latest Articles